20090417

KARANG ‘N BUNGA = KARANGAN BUNGA

Rokok ditangan sudah siap menemani
Merasuki diri…mencari mimpi yang hilang tertelan bumi
Diantara fantasi…misteri…persepsi dan sugesti
Kuramu jamu…untuk mengobati luka dikalbu

Asap-asap…terhisap dengan pasti
Memasuki body, selimuti luka di hati
Untuk sementara…belantara tenang meracuni pikiran
Dan terhembuskan tanpa gincu kemunafikan

Asap-asap tertebar…menghalangi sudut pandang kacamata logis
Dan ku bentang cakrawala imajinasi dengan analogis
Benih-benih fantasi tersebar…semikan awan putih di dalam taman
Dan kulepas gejolak rasa perih, menjemput impian

Beranjak kuterbang menuju awan dalam angan…
Dimana ketika kecil kau pernah bilang:
“Di balik awan putih itu, Tuhan menyemayamkan sebuah istana untuk kita.
Dimana tak ada lagi prahara…tak ada lagi air mata…
Sebuah tempat dimana kasih sayang berkuasa”

Dan aku terbang menuju awan itu…
Menembus ruang dan waktu, melewati masa lalu
Aku terbang menuju syorga dalam bayang
Menebus ruang dan waktu yang terbuang

Dan aku terbang…untuk menemuimu…
Untuk menanyakan, kenapa kau begitu cepat meninggalkanku?
Kenapa Tuhan begitu cepat memanggilmu?
DAN KENAPA SEGALA KEINDAHAN MATERI DUNIAWI TAK SANGGUP LAGI KUNIKMATI!!!!???

“GLEaGhAAARR!!!!!!!!!”,

Petir dari langit seakan menampar
Dalam sekejap...terpancar dari langit sebuah sinar
Samar-samar terlihat bayang gelang yang ku kenal…melempar mawar…

Ya…
Gelang itu…
Mengingatkanku padamu….
Gelang berwarna hitam itu…
Mengikat muara kasihku…

Dan olehnya pula, kepala keras ini tertampar
Keras…hingga terasa tubuh akan terkapar

Lambat laun…pandangan menjadi gelap…

Terasa pekat…selimuti jiwa pengap…

Seperti ada yang mengikat…tubuhku terjerembab…

Terbentur dinding lembab…

Dalam kegelapan ku terjatuh…bersama mawar yang habis kau sentuh
Teriringi sepoi angin dalam damai, mawar itu melambai…menutupi tubuh…
Memakamkanku…dengan nada sendu…membius nadi sang waktu…

“Ada apa ini..!?”, berontakku dalam benak, ketika ketiak susah untuk bergerak.

Ku coba memaksa dengan sedikit energi tersiksa
Mencoba bangkit dari gundukan mawar merah yang semakin lama…
Semakin menghimpit di dalam lobang sempit dan….
aku tak kuasa…

aku tak kuasa…:

“YA TUHAN…AMPUNILAH SEGALA DOSA!!!”

Seketika angin berputar cepat
Keluarkan sinar terang, membentuk tangan
Mencengkeram roh…
menembus badan…

“aAOUhG!!!”,

terpisahlah roh dari tubuh dengan cepat
Sakitnya teramat sangat, hingga susah teridentifikasi dengan akal sehat

Rohku…terlempar kebelakang
Tubuhku…berdiri didepannya dengan otot tegang
Roh sempoyongan…rasa sakitnya tak bisa lagi kutahan…:

“AMPUNILAH SEGALA DOSA…YA, TUHAN..!!!”

“gE deBUGHs”,

Tubuh jatuh kebelakang, menimpa makam
Mawar-mawar bertebaran…
Menjadi berantakan…

Roh teremas, lemas…melihat tubuh yang sudah tak bernafas
Begitu pucat, tersayat…melihat tubuh yang sudah menjadi mayat

“Ampunilah segala dosa….Tuhan…Ampunilah segala dosa….”, Akupun terjatuh, bersimpuh dalam ruang rapuh….

Waktu pun berlalu…
Sepi mulai membiusku…

Setelah sekian lama kuratapi….Sepi mulai meresapi…
Kulihat kondisi sekitar dengan indra batin yang tiba-tiba bisa digunakan

“Aneh…”

Aku merasa masih berada dalam kamar kost tapi pandanganku berkata lain
Tembok-tembok kamar tiba-tiba menjadi tembus pandang…
Aku seperti berada di sebuah gurun yang terhampar luas tanpa batas

“Disini tenang sekali…”,ungkapku

Langit begitu indahnya…berwarnakan senja keemasan
Terhampar pasir seperti mutiara memancarkan sinar putih berkilauan
Dan aku bisa melihat semuanya sesuai keinginan benak pikiran…

Aku bisa melihat almarhum bapak yang sedang bermain layang-layang dikayangan
Aku bisa melihat ibu tercinta bermain dengan cucunya
Aku lihat saudara-saudaraku…
Kulihat teman-temanku…

Dan kulihat den bagus datang sudah sampai didepan pintu kamar kost-an

“TOK…!ToK…!TOK…!!”,

Dan tiba-tiba…

Kulihat dirimu tersenyum
Merambah tenangnya pikiran
Kau melambaikan tangan…
Serasa menyampaikan pesan:

“Kembalilah kerealitas duniamu,
Temui temanmu...Lupakanlah masa lalu…

Masa lalu adalah kenangan yang tidak mungkin dikembalikan…
Jadikan sebagai bahan kontemplasi untuk kehidupan masa depan yang lebih menawan…

Besok kalau sudah saatnya kita bertemu…
Kita bermain lagi seperti dulu…”

“TOK!ToK!!!TOK!!!!”,

Aku pun tersenyum menganggukan kepala…
Kata-kata itu…
Benahi tatanan hati yang pernah hancur tertikam cinta:

“Ya..Tuhan, atas kuasa-Mu lah keindahan senyum itu terjaga”

Kau lambaikan tangan…
Dalam dawai penuh kelembutan:

“Sampai jumpa lagi, yaaach…Selamat tahun baru..!!”, ucapmu

Dengan memegang gaun nan putih dan bersih…kau kibaskan tangan…
Aroma harum…serasa merajam sukma…dan secara tidak sadar batin ini terpejam…

Dan…Ketika mata terbuka…rohku sudah menyatu dengan tubuh…
Aku sudah terjaga kembali ke dalam raga

“TOK!ToK!!!TOK!!!!”, untuk kesekian kali pintu kamar terketuk

“Kulo Nuwun…”

“yo, seik…ntar”, jawabku singkat.

“Whoi, ngopo’e kowe!”, Den bagus berteriak merespon jawabanku

“Seik to, sabaar…”, sambil kuraih gagang pintu, kubuka pintu kamar.

“Welah kowe to den bagus, piye kabarmu?”, basa-basi bahasaku

“Piya-piye, piya-piye…Wedhus-ik malah micek, la piye sidho rak?”

“Ngopo to?”

“UAasSem-ik lali o piye!!…DANGDUTAN DhAb!!! cah-cah wis dong ngenteni kowe lho neng kono”

“La yo sidho to…edan po, mosok gak sidho. Artise si Suci kuwi to?”

“La iyo to, lah arep sopo maneh”, Den Baguse nyegir kuda seperti membayangkan sesuatu yang menggoda.

“Yo…ayo Cabut, tapi seik sedilit tak klamben ndisik…”

Kita pun berangkat kekota,
Dengan motor CB menembus dingin malam Jogja.
Menuju Purawisata…tempat dimana Suci berada…

Sesampainya disana…
Dari kejauhan terdengar musik sudah dimainkan
Intronya dibikin lama…memancing orang untuk bergoyang bersama

“Langsung medun ae yok..ngoleki cah-cah”, ajak den bagus dengan tangan yang sudah tidak bisa lagi ditahan untuk digerakan.

“Yo..ndhisik’o den, ngko tak susul…aq tak ngolek kopi ndisik”, jawabku dengan beralasan.

Den Bagus berlalu kedepan panggung
Langkahnya berirama dengan mengoyangkan pinggul

Ku cari tempat duduk yang nyaman
Untuk sekedar istirahatkan gejolak perasaan

Kulihat dari kejauhan Suci bergoyang diatas kerumunan orang
Ia menari kesana-sini dengan lincah seperti tak menginjak tanah
Berbagi ceria melalui gerakan indah…hendak kemana arah akan melangkah

Tempo musik semakin terdengar dipercepat…
Para penonton yang masih duduk, mulai berdiri merapat…
Suci mulai bernyanyi…membawakan lagu: ‘Sahara’
Sebuah jeritan hati yang terluka…:

Am G
Sahara…kasihku…
Dm Am
Kau menyinari ruang hidupku
G
Jalinan bersamamu
F
Mengenang dihatiku…
Am
Sahara…

Am G
Sahara…Sayangku…
Dm Am
Mengukir rintangan bersamamu
G
Jalinan rasa rindu
F
Menggema dihatiku…
Am
Sahara…

G Am
Oouwo…Oo…Sahara….

[Reff:]

Am G
Sahara…Engkaulah gadis pujaan…
Dm Am
Sinarilah rasa rindu
G F
Agar engkau dapat mengerti
G Am
Betapa ku menyayangimu…

Am G
Dan bila..pada suatu hari nanti…
Dm Am
Engkau dapat ku miliki
G F
Akan tetap kupertahankan
G Am
Dirimu..oh...Sahara

G Am
Oouwo…Oo…Sahara….

Secara tidak sadar kepala ini mulai bergoyang
Menghanyutkanku dalam alunan tembang

Aku pun berdiri, berlari mendekatkan diri kepada ‘ke-Suci-an’:

“Ya…Suci…
Nyanyikanlah tembang penghilang dahaga jiwa
Hapuskan derita cinta dengan nada-nada bahagia
Tertawakan realitas terpenjaranya sukma didalam raga… ”


Kurniawana at Yogya, Desember 2008



NB:
• Cerita ini hanyalah fiktif belaka, diciptakan dengan rekayasa, untuk kebutuhan kepuasan orgasme kesedihan rasa. Jadi jangan terlalu dipikirkan, apa yang melintasi pikiran…nikmati saja apa yang tersirat melalui perasaan
• Terima kasih untuk teman-teman Friendster atas motivasi, energi, bantuan dan interaksi-nya yang inspiratif. Terima kasih buat seorang perempuan yang memberi stimulasi judul via kata-kata mutiara: “Jadilah bunga yang tumbuh walau di atas karang”. Terima kasih untuk Ad1 Santoso telah mengekstraksikan lagu “Sahara” menjadi nada yang bisa dilihat oleh mata.
• Pencipta lagu ‘Sahara’, atau siapa yang mempopulerkannya tidak dituliskan karena ketidak tahuan penulis..Maaf…
• Maafkan semua kesalahanku dan SELAMAT TAHUN BARU…