20080925

ROAMING NASIONAL

"Bu...Aku butuh energi untuk berlangsungnya hidupku"

Ibu pertiwi tak perduli

"Nyari lowongan untuk sandaran lelah, sudah terasa susah. Belum ditambah harga BBM naik lagi, seperti sesaji meminta jatah dan darah dalam sistematika tubuhku yang sudah rapuh tak berpeluh"

Pertiwi seperti tak mendengarkan apa yang di utarakan Aos Boma

"Bu, kalo begini caranya…aku bunuh diri saja!!!"

Pertiwi mengisyatkan wajah layu dengan mata sendu beliau berkata sambil menyodorkan sesuatu

"Ini belatinya"

Aos Boma terkejut dengan nyali sedikit menciut, pertiwi memberi nasehat bernada kecut

"Kalau kamu lapar...bekerjalah nak, makanan tidak akan datang dari langit. Gunakan tangan dan pikiranmu sebagai modal awal untuk mendapatkan sesuatu...Sana hutang dulu dedaunan sama tetangga sebelah yang mempunyai kebun luas. Nanti kita makan nasi dengan sayur kangkung pakai sambal terasi. Kalau kamu hanya diam disitu dan banyak mintanya, ibu disini bisa mati menjadi patung berdiri."

Aos boma pun menyahut,

"Untuk apa belati ini...bu? Ibu ingin saya meminjam tali tambang tetangga sebelah yang digunakan untuk ngikat sapi agar aku bisa bunuh diri dengan gantung diri..."

"Ya...Ibu akan masak menu spesial buat kamu, kangkung sambel trasi tapi tidak pakai daging sapi"

Aos Boma tak mengerti maksud dari ibunya berkata demikian, seperti ada yang salah. Boma hanya diam...memandang belati yang disodorkan ibunya tercinta…

"Nak....
Hidup di zaman edan
Gelap jiwa bingung pikiran
Turut edan hati tak tahan
Jika tak turut
Batin merana dan penasaran
Tertindas dan kelaparan
Tapi janji Tuhan sudah pasti
Seuntung apapun orang yang lupa
Lebih selamat orang yang menjaga kesadaran1

Jagalah kesadaranmu nak...dan berhati-hatilah pada lingkungan sekitar. Dalam kondisi zaman serba semrawut dan penuh tekanan seperti sekarang. Orang bisa melakukan apa saja untuk mencari uang, mempertahankan harga diri dan eksistensi hanya untuk sekedar mempertahankan hidupnya..


Lihat, baca dan dengarkan berita...Lihatlah nak, bagaimana orang pada pintar menyiasati daging sapi supaya mendapat keuntungan lebih...Hanya dengan campuran formalin dan darah sapi yang masih segar, daging sapi yang sudah basi dan sudah tidak berharga lagi bisa disulap menjadi segar kembali.Ada pula yang memakai metode sebelum sapi di jegal diberi air banyak terlebih dahulu melewati mulutnya, supaya daging yang dihasilkannya menjadi bertambah berat. Ada lagi cara yang sudah tidak lagi mengindahkan ajaran agama tertentu, dengan cara mencampurkan daging sapi dengan daging babi...itukan sudah melampaui batas, nak..."

Ibu pertiwi menghela nafas panjang, melepas sistem kehidupan yang entah kenapa begitu susah untuk dihembuskan...

"Iqra'....Iqra'....Iqra'....Baca....baca...bacalah nak...Agar kau tidak mudah menyalahkan orang lain karena pengetahuanmu yang setengah-setengah. Bacalah...supaya kamu bisa membedakan daging sapi mana yang bagus untuk pencernaan dan mana yang tidak..
Nak...kita boleh makan kangkung yang kurang bergizi, BBM boleh naik tinggi tapi jangan sampai hasil karyamu menurun...Kuantitas boleh turun tapi jangan kau turunkan juga kualitas karyamu.."
Dengan mata sedikit berkaca, ibu pertiwi berkata:

"Sudah sana, berangkat...ini belatinya. Minta baik-baik sama tetangga supaya tidak terjadi salah paham dikemudian hari. besok atau lusa kalau kita mendapatkan rejeki, kita ganti...

O, ya nak...besok-besok kalau kamu lapar kamu harus inisiatif sendiri jangan melulu tergantung sama ibu. Kamu harus belajar mandiri, penuhi kebutuhan pokokmu sendiri, penuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan keluargamu nanti...kamu harus mandiri...

Ingat nak...batu dengan sedikit sentuhan catmu, bisa kau jadikan penghias interior dan itu bisa menghasilkan uang halal, asalkan kamu ada kemauan..."
Mata Aos Boma menatap mata ibunya yang berkaca, lalu kemudian ia berkata:
"Bu...untuk apa mata ibu berkaca, janganlah kau bersedih atas kepergianku...Jangan kau hentikan niatku atas nama agama hasil resapanmu...dan aku tidak mau merepotkan orang lain atas prosesi eksekusi ini. biarlah hal ini ku tanggung sendiri. Aku tidak butuh senjata untuk membunuh diriku, membunuh kepribadianku...aku tidak butuh senjata untuk membunuh egoku. Biarlah aku terjatuh dari gedung-gedung tinggi hasil budi daya negeri ini."

"PLAKS" Tamparan tangan Pertiwi mengenai pipi Boma


"Apa yang kau pikirkan!!!Hutang dulu sana sama tetangga. Tidak perlu banyak bicara...kamu mau makan apa tidak?"

Aos Boma semakin tidak mengerti apa yang diinginkan dan apa yang diangankan ibunya. Ia pun pergi...dan dalam hitungan beberapa menit ia pun kembali

"Ini yang ibu inginkan...sebuah tali tambang...dan untuk ibu, saya bawakan khusus beserta sapi-sapinya biar jelas hasilnya seperti apa?"
"Apa INI!!!"

"Bukankah ini yang ibu inginkan...sebuah tali tambang untukku gantung diri dan aku menawarkan cara lain untuk ibu, agar aku bisa membunuh diriku dengan konseptual. Aku ingin membunuh diriku dengan mengikat tali ini keleher dan biarlah sapi ini yang akan menyeret dan menuntunku ke arah gerbang kematian. Biarlah darah dan air mataku meresap untuk lebur menjadi satu dengan keringat sapi di kedalam sumber mata air negeri ini. Dan biarlah tanah di negeri ini menjadi saksi bisu atas derita yang pernah terjadi."


"UNTUK APA SAPI INI??Nak...Ibu hanya menyuruhmu untuk hutang sayuran kangkung saja, tidak lebih. Bagaimana ibu membayar hutang ini nantinya? Apa kamu ingin melihat ibu menjual diri!!?Apa kata Tuhan nak…jika keindahan tubuh hasil ciptaan-Nya disamakan dengan nilai materi”


"Cukup Bu!!!Jangan kamu bawa-bawa nama Tuhan dalam masalah ini. Tuhan, mempunyai jalan sendiri yang keluasan pengetahuan-Nya, tidak sanggup dicerna oleh lemahnya indera manusia. Kalau kita melulu memikirkan kebesaran Tuhan kita tidak akan bisa hidup. Bayangkanlah sebuah produk yang dijual di pasar dengan sepuluh ribu rupiah. Pedagangnya mengambil keuntungan, pembuat produknya mengambil keuntungan, yang mengadakan bahan dari saripati alam mengambil keuntungan, sang pencipta produk mengambil keuntungan, terus Tuhan dapat apa? Tuhan dapat apa atas penciptaan saripati alam, penciptaan keringat, penciptaan otak manusia hingga terciptalah itu produk…TERUS TUHAN DAPAT APA BU??dan berapa banyakkah korupsi kita terhadap kebesaran Tuhan??Cukup bu jangan bawa-bawa nama Tuhan dalam masalah ini”

"PLUaKzS", Ibu Pertiwi menampar dengan keras, Aos Boma terhempas tepat ditelapak kaki Ibu dan ia menjadi lemas...

"PERGI SANA!!!KEMBALIKAN ITU SAPI!!!"

Ibu Pertiwi berteriak lantang sambil mengacungkan telunjuknya keluar rumah yang pekat dan gelap

"Baik bu...saya akan pergi menjemput kemerdekaan yang telah kau tawarkan, meski itu menyakitkan, meski aku akan kelaparan…tak ada pilihan lain, REPOT NASI atau REFORMASI secara total-totalan"

Aos Boma pun pergi memasuki belantara Indonesia Raya, entah mau kemana....

Dalam pekatnya hutan rimba...
Tiba-tiba terdengar suara
Sebuah untaian kata bijak
Yang terpantul dari tebing retak:

"Kata kaum terpelajar
Supaya negara kuat
Rakyat harus lemah
Dan kami tidak ingin mengatakan
Bahwa agar rakyat kuat
Negara harus lemah
Sebab kami tidak mencita-citakan
Kerakusan yang sama
Kami hanya memimpikan
Tawar menawar yang seimbang
Untuk pemerataan dan kesepadanan"2


Kurniawana at Jepara, Juni 2008


1 Ronggowarsito, Zaman Edan (Yogyakarta: Bentang Budaya,1998), h.10
2 Emha Ainun Nadjib, Sesobek Buku Harian Indonesia, (Yogyakarta: Bentang Intervisi Utama,1993), h.245